JANGAN MELULU

Apa sih yang paling heboh dari polah tingkah anak-anak balita?

Jatuh pas lari-larian? Pernah 😁

Kepala kejedot tembok atau lantai karena kepleset? Pernah 😰

Tangan melepuh karena gak sengaja menyentuh barang panas? Pernah 😩

Atau bibir berdarah karena ‘nyium’ lantai?

Pernah juga 😱

 

Mungkin kalau disensus lagi satu per satu, masih banyak kisah heboh lainnya yang menjadi keseharian anak-anak. Di samping kelucuan mereka ya 😍😍😍. Tak perlu ditanya lagi gimana kadar kepanikan emaknya tatkala itu semua terjadi. Yang jelas, itu menambah sesak dada emak karena detak jantung berasa lagi lari sprinter kayak ngejar foto bareng Song Jongki *duh, ketahuan deh belum bisa move on dari si Big Boss. 😜😜😜

 

Tanpa ada komenan usil “Duh emaknya meleng ya, sampai anaknya jatuh begitu” pun, si emak sudah bermuka masam karena dihimpit perasaan bersalah. Ditambah rasa kecemasan yang tiba2 datang mengguyur batin bak air hujan yang banjir, si emak tak sanggup berkata-kata, apalagi saat membayangkan hal yang tidak baik akan menimpa kesehatan dan keselamatan anak kesayangan. Hanya mampu mempersilahkan air mata nemplok sembari sembunyi di pojokan mata. Itulah kenapa akhirnya si emak kelewat takut kejadian heboh itu berulang, lalu menyusun rencana sekaligus taktik perang untuk membatasi gerak anak-anaknya.

 

Satu dari sekian banyak taktik yang dianggap jitu adalah Mantra JANGAN. *Hiiiih, kok ngomongin mantra sih Put, kan syereeeem.

🙇🙇

 

Sadar atau tidak, sebagai emak-emak, baik yang sudah pro ataupun yang masih ingusan macam saya, mantra itu sering dilontarkan ketika mengemban tugas mulia pengasuhan.

 

“Le, JANGAN lari-larian. Nanti jatuh.”

(dan kemudian, ndiilalahnya, malah jatuh beneran 😅)

 

“Stop. JANGAN deket-deket, Le. Itu setrikanya lagi nyala.” (terlambat sudah, tangisan keburu membahana karena tangan melepuh kepanasan 😢)

 

“Duduk yang baik tho Le. JANGAN manjat-manjat jendela gitu. Bisa Geblak. ” (huuuuft, yang ini masih sempat terselamatkan *tarik nafas panjang 😌)

 

Tak terhitung jumlahnya mantra ini keluar sebagai andalan untuk melarang bocah begini begitu. Dalihnya sih sebagai upaya proteksi biar bocah gak kenapa-napa tapi akhirnya jadi keterusan hingga si bocah frustrasi.

 

“Ih Bunda, kok aku gak boleh lari-larian sih. Kan aku lagi belajar ngelemesin otot dan tulang kaki” (muka lempeng sambil lari kenceng 👣👣👣💃💃)

 

“Bunda gimana sih. Aku kan pengen tau itu apa. Kan Bunda sering pegang benda itu sambil tangannya goyang-goyang” (Huhuhu,

😭😭😭 nangis kejer bentaran tapi kemudian masih tetep deketin setrika dikira mainan *dasar bocah, bikin gemes 👻)

 

“Liat Bunda, aku bisa duduk di jendela lho. Bukannya seneng, Bunda malah teriakin aku” (Ini bocah belum tau yak, teriakan itu artinya SIYOOOK. *berasa pengen gigit duit baru)

 

“Wah, asyik. Buku Halo Balita-nya gak bisa sobek Bun. Aku injak-injak lagi ya tapi Bunda jangan marahin aku. ” (Tenang Le, buku Halo Balita mah tahan banting. Sok atuh mainin sesuka hatimu. 😘😘😘

 

Kalau bulan bisa ngomong, pasti bulan tak akan bohong. *loh, kok malah nyanyi lagu Doel Sumbang Put? Hehehe. Maksudnya, kalau bocah yang imut-imut ini sudah bisa ngomong, mungkin dia akan laporan macam itu ke kita. Kok aku gak boleh ini itu sih sama Bunda. Kan aku punya keinginan sendiri, kan aku punya cara pandang sendiri, kan aku punya kemerdekaan untuk berbuat itu ini, kan aku…… *Lanjutkan nanti kalau kamu sudah besar ya Le. 😒😒😒

 

Jadi pesan moralnya, wahai emak, jangan JANGAN MELULU. *eh, piye toh iki maksudé. Ora mudeng blas. 😯 Maksudnya, jangan melulu mengucapkan ‘jangan’ pada anak.

 

Mari kita beri mereka kemerdekaan untuk bertindak, sambil tetap mengawasi dan melindungi dari bahaya yang mungkin terjadi.

 

Mari kita biarkan kreativitas mereka membumbung tinggi, sambil menuntun dan mendampingi mereka untuk melejitkan potensi.

 

Mari kita lebarkan ruang gerak mereka, agar senantiasa bertumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.

 

Dan mari kita senantiasa yakin dan percaya pada anak-anak kita bahwa mereka mampu melampaui semesta dan menggapai angkasa untuk mengejar mimpi dan cita-cita. Karena memang itulah tugas kita sebagai ORANG TUA.

 

~ Salam hormat untuk para ibu di berbagai penjuru

 

**dari Mamak Tole yang sedang menikmati rindu dalam guyuran hujan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *