Titip Cintaku Kepada-Mu

saat kau berani mencintai manusia

kau pun harus berani untuk siap tersakiti

 

tersakiti oleh cemburu

tersakiti oleh rindu

tersakiti oleh pilu

 

hanya cinta pada Illahi yang tak akan menyakiti

karena sejatinya cinta bukan milik manusia tapi milik Tuhannya

 

bersabarlah, wahai Pecinta

cintamu pasti akan lebih indah

saat tiba masanya Tuhan menjadikannya berkah

 

(untuk para pejuang cinta yang bersabar hingga ‘akad’ nikah tiba)

1 Kata Berjuta Makna

(part 1)

Saat pertama ku mengenal nada

kudengar jantungnya indah berirama

 

saat pertama kuhirup aroma dunia

kuciumi wangi semerbak tubuhnya

 

(part 2)

saat pertama kulenggangkan kaki dan berlari

kugenggam tangan lembutnya dan kuajak ia berlari menggapai mimpi

 

saat pertama kulihat hujan mengguyur bumi nan lebat

kumeringkuk manja dalam pelukannya yang hangat

 

(part 3)

saat pertama kuterbang menggapai bintang di langit orang

kurindui wajahnya yang berbayang penuh sayang

 

(part 4)

saat pertama kurasai hati tengah sepi

kuingini dia di sisi untuk tempat kuberbagi

 

1 kata yang selalu kurangkai dalam doa

1 kata yang selalu kudekap dalam cinta

Beri Aku Pemandu

Mengartikanmu tak bisa sederhana

Seperti saat kau mengawali perjalanan ini

Hingga kini ku lelah dan berniat untuk mengakhiri

Kapan perjalanan ini bermula dan akan tamat

Tak jua aku

atau dia kan tahu

Sang Penguasa waktu ‘telah’ dan ‘akan’ duduk diam menjadi penentu

 

KepadaMu ku kabarkan bahwa diri ‘telah’ payah dan ‘akan’ goyah

Tolong beri aku pemandu

Agar kutak sesat jalan, aku harus berpegangan

Doa untuk Dia Yang Maha Penyayang

jika hidup ini adalah sebuah kenikmatan, jangan biarkan kami terlena di dalamnya

jika hidup ini adalah sebuah cobaan, kuatkan iman kami dalam melaluinya

jika hidup ini adalah sebuah teka-teki, berikanlah kemampuan agar kami mendapat petunjuk

jika hidup ini adalah serentetan kisah, bimbinglah kami untuk menemukan hikmahnya

jika hidup ini adalah sebuah perjuangan, kobarkan semangat jihad dalam hati kami

jika hidup ini adalah sebuah belenggu, bebaskanlah kami yang merindu berjumpa denganmu

amin, ya robbal alamin.

saudaraku, ingatlah dan ingatkan

-Sebuah kado yang sangat indah dan bernilai dari saudaraku yang kusayangi karena Allah-

Semoga Masih Sempat

Aku pernah bermimpi tentang cinta,
tentang cita

Aku pernah berharap pada hidup,
pada kasih

Aku pernah merenung untuk waktu,
untuk masa

Tapi,

Aku tak pernah sekalipun menghitung nikmat-nikmatNya

Kenapa?

Mungkin karena aku lupa bersyukur

Mungkin karena aku enggan tafakur

Mungkin karena aku jarang berpikir

Mungkin karena aku malas berdzikir

Atau

Jangan-jangan karena aku ini makhluk yang KAFIR?

Oh…tidak….tidak…….tidaaaaaaak!!!

Aku ini punya iman

Iman akan keeksistensianNya

Iman akan kedigdayaanNya

Iman akan ketetapanNya

Iman akan ke-Maha-anNya yang tak tertandingi dan tak terbandingi

Lalu, kenapa aku hanya bermimpi tapi tidak beraksi?
Lalu, kenapa aku sekedar berharap tapi tak kunjung bersikap?
Lalu, kenapa aku masih merenung tanpa bertindak langsung?

DOSA!!!

RUGI!!!

Semoga masih sempat
Sebelum kata TOBAT menjadi TAMAT

sebuah nama

semilir angin riuh berebut menghembuskan kabar asmara
dan rona senja yang orange malu-malu menaungi wajah langit,
laksana selarik kertas yang penuh torehan tinta
tentang….

sebuah nama
………
………..
………….
Yang kini larut dalam sendi darahku dan meresap dalam relung hatiku

KAMU!

Surat Ananda untuk Bunda

Bunda, betapa galau hatiku saat ini telah menyentakkan kerinduanku untuk menuliskan sepucuk surat ini kepadamu. Meski goresan tinta ini tak akan mampu mengabarkan rasa rindu yang hampir membuncah karena tak sanggup menampung harapku akan perjumpaan dan pelukan hangatmu, Bunda. Sejujurnya, surat ini hanyalah sebuah delegasi yang kuutus untuk mengabarkan satu berita maha penting yang ingin kubagi denganmu, Bunda. Untuk itu Bunda, kumohon jangan kau palingkan kedua mata indahmu itu sekejap pun dari deretan kata yang akan kutulis dalam surat ini karena aku tahu Bunda tak sudi kehilangan momen bahagia ini, menyaksikan putri kecilmu yang nakal ini telah tumbuh menjadi seorang gadis dewasa yang mulai memahami indahnya hidup dan kebebasan.

Bunda, kini aku ingin kembali bertanya padamu tentang satu kata yang entah sejak kapan telah asyik berputar-putar di otakku sehingga menganggu kedamaian hidupku. C-I-N-T-A. Dulu Bunda sering mengajarkan padaku tentang nilai-nilai kehidupan yang harus aku junjung dan tak boleh aku abaikan, salah satunya adalah C-I-N-T-A. Aku selalu ingat, Bunda pernah bilang bahwa C-I-N-T-A adalah sebuah persembahan agung dari perasaan kasih yang dimiliki oleh manusia, seperti yang pernah Bunda katakan waktu itu,

“Sayang, cinta itu berawal dari ketulusan dan kebaikan. Jaga dan rawatlah perasaan itu dengan kejujuran agar siapa pun orang yang kita cintai mampu menghargai dan menikmati ketulusan dan kebaikan yang terpancar darinya. Dan ingatlah, Sayang, cinta tak selalu harus diuangkap lewat kata karena ia punya caranya sendiri untuk menyampaikan pada dunia bahwa ia tumbuh dalam hati kita“.
Bunda, mengenang pesanmu itu kini aku paham bahwa cinta memang begitu adanya. Meskipun cinta yang kuresapi ini terasa berbeda dengan cinta yang kumiliki untuk Bunda, namun aku yakin bahwa perasaan yang kini mendekap erat jiwa dan hatiku adalah tulus dan baik. Semenjak aku berani untuk menyematkan cinta ini di relung hatiku, Bunda, semenjak itulah aku berjanji akan menjaga dan merawatnya untuk d-i-a.

Aku tahu pasti Bunda memendam sebuah pertanyaan yang ingin Bunda ajukan padaku,
“Putriku, siapakah pria yang beruntung itu?”.
Jangan khawatir, Bunda. Bunda adalah orang pertama yang akan mengetahui rahasia itu. Saat ini aku hanya bisa mengatakan bahwa d-i-a adalah seorang pria yang baik, cerdas, sopan, teguh pada prinsipnya serta bertanggung jawab baik dalam kehidupan dunianya maupun akhiratnya. Dan tentunya yang tak kalah indahnya, Bunda, d-i-a berwajah tampan sekaligus manis. Jika nanti Bunda bertemu denganya, Bunda pasti akan terpikat pada senyumnya yang memancarkan ketulusan dan kebaikan hatinya.

Karena d-i-a, Bunda, kini putrimu ini merana dan sengsara karena sudah tak mampu lagi menahan rindu dan haru yang semakin membludak hingga rasanya ingin meledak. Hatiku gelisah menantinya bila kami akan bertemu kembali, hatiku cemburu bila ada yang menyebut namanya di depanku, hatiku berdebar jika kami bertemu pandang, dan semua itu membuatku merasa tak nyaman hingga aku menjadi serba salah dibuatnya. Bunda, apa yang harus aku perbuat? Aku tak mak terus menerus tersiksa oleh keadaan ini , Bunda, tapi aku tak tahu daya apa yang kumiliki untuk melawan perasaan ini. Kini aku tak sanggup untuk untuk menanggungnya sendiri. Jiwaku butuh keseimbangan, butuh pegangan, tapi tak ada yang bisa kulakukan selain menanti kan, Bunda? Atau aku harus menjemput kepastian dengan mengungkap perasaan ini kepadanya?

Bunda, sebelum kuakhiri surat ini aku ingin memohon nasehatmu untuk menyejukkan kegalauan hatiku. Untuk itu, balasan darimu sangat aku harapkan sebelum akhirnya putrimu ini bisa jadi gila karena telah tercandui oleh cinta.

Salam sayang

Dari ananda yang tengah bimbang

***kisah ini terinspirasi dari novel “Kitab Cinta Yusuf dan Zulaikha” (Taufiqurrahman al azizy, 2008). Nantikan session 2 nya^^

31 Maret 2010

Sang Merak

Merak tetaplah merak
Tak peduli dia hidup di hutan atau di kebun binatang
Sekalipun jauh keindahannya tetap menyentuh
Apalagi jika dekat,
Ehm, jangan salahkan siapa-siapa bila pesonanya makin melekat

Ingin tangan ini membelai bulu antikmu
meski terasa kelu karena tak kuat oleh haru
Hendak raga ini menyandingi kharismamu
meski berpeluh payah karena tak kuat oleh sendu
Mau jiwa ini terbang di punggungmu menjelajahi bumi
Hingga kaki ini tak mendamba tuk lari

Merak tetaplah merak
Dan burung pipit nelangsa terkoyak
Karena ia dan Sang Merak makin jauh berjarak

(Asrama Mahasiswa UI, 12 Mei 2010)

Jalanan oh jalanan

Jalanan bukanlah impian,

tapi dari sanalah perut keluargaku bisa kenyang

Jalanan bukanlah idaman,

tapi dari sanalah aku bisa berbagi kasih sayang

Jalanan adalah kenyataan,

tempat aku memaknai kehidupan

Jalanan adalah kenikmatan,

untuk ku menggapai ridho Tuhan

 

*Sebuah dedikasi untuk para Pahlawan Jalanan yang Kuhormati.

Pesan untuk Tuan-Tuan Besar

Wahai Tuan Pemimpin

Jangan engkau bertindak tak adil agar rakyat tak makin miskin

Wahai Tuan Pejabat                                                                                                           Jangan engkau menjadi ningrat saat rakyat tengah melarat

Wahai Tuan Koruptor                                                                                                         Jangan engkau meraup uang negara dengan tangan kotor saat rakyat sedang tekor

Wahai Tuan Hakim                                                                                                             Jangan engkau berbuat zalim apalagi pada rakyat yang uangnya minim

Wahai Tuan Hartawan                                                                                                     Jangan engkau timbun harta kekayaan karna rakyat banyak yang tak bisa makan

Wahai Tuan Cendekia                                                                                                     Jangan engkau merasa bangga jika masih ada rakyat yang tak bisa membaca