Mari “bercocok tanam” ala Pak Tani!

Tak terasa sudah 58 hari menjalani kehidupan indah menjadi seorang istri. Yang mengejutkan, dalam kurun 7 pekan ini Allah menambahkan karuniaNya dengan memberikan saya kesempatan menjadi ‘calon ibu’. Hehehe.. Alhamdulillah, bahagia banget rasanya. Terlebih saat periksa ke dokter kandungan terus liat hasil USG si junior, hmmmm Subhanallah, amazing banget.

Awalnya memang sedikit cemas karena ini awal pertama saya periksa ke dokter kandungan. Sebelumnya kami hanya periksa ke klinik. Lokasinya dekat dengan kosan suami, di Karet Belakang. Disana saya hanya diperiksa berat badan, tensi dan lingkar lengan atas. Setelahnya baru bertemu dengan bidan muda yang hanya meraba-raba perut dan memberikan sedikit penjelasan tentang makanan dan minuman yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi oleh bumil. Sama seperti yang pernah saya browsing di mbah Google kalau bumil harus menghindari makanan pedas dan asam, contohnya buah nanas, tape, dll. Konsultasi hanya berlangsung kurang lebih 15 menit dan kami diberi ‘oleh-oleh’ berupa buku pemeriksaan kehamilan berwarna pink dan suplemen berupa tablet asam folat dan 1 lagi saya kurang tau berbentuk kapsul tanpa merk. Kami dijadwalkan untuk USG dan periksa ke dokter kandungan 1 bulan kemudian, tepatnya hari ini jam 4 sore. Total biaya saat itu sekitar 88rb.

Nah, singkat cerita, karena kami pindah kontrakan ke daerah Kukusan Beji Depok, jadi kami memutuskan untuk pindah haluan ke dokter yang lebih dekat. Setelah pusing browsing dan tanya sana sini tentang dokter kandungan yang recommended ke teman yang pernah/sedang hamil, kami memutuskan untuk ke dr. Winur Widijanti, SpOG (K) di RSIA Aulia. Untuk bisa periksa ke beliau harus buat janji dulu by phoned 1 pekan sebelumnya. Alhamdulillah, kami dapat jadwal Senin lalu, 16 Februari 2015. Pasien harus datang sendiri untuk mengambil no antrian mulai pukul 16.30 di loket pendaftaran dan jadwal praktek dokternya mulai jam 17.00-20.00 wib.

Sepulang dari kantor saya langsung menuju ke RSIA Aulia di Jalan Jeruk Raya No.15 Rt.011 Rw 01Jagakarsa Jaksel. Dari stasiun UI saya naik ojek kesana karena waktunya sudah mepet dengan jam buka pendaftaran. Setelah tanya2 lokasinya karena si Bapak Ojek ternyata juga tidak tau (padahal sebelumnya si Bapak bilang, “Iya mbak, saya tahu tempatnya”), saya baru tiba disana jam 16.45 dan dapat no antrian 7. Based on info yang saya dapat di beberapa blog bumil yang pernah ke dr Winur, rata-rata pemeriksaan pasien selama 30-45 menit. Wah, bisa lama dong. Apalagi bu dokternya baru datang sekitar pukul 18.00.

Alhamdulillah, ternyata keenam pasien sebelum saya semuanya pasien lama sehingga pemeriksaan berlangsung cepat. Nama saya dipanggil sekitar jam 8 kurang. Bu dokter mengawali dengan pertanyaan seputar riwayat kehamilan saya. Awalnya saya pikir beliau agak galak, tapi setelah ngobrol lebih panjang ternyata beliau ramah dan sangat gamblang menjelaskan informasi kesehatan seputar kehamilan. Selang 10 menit mengobrol, dr Winur meminta saya berbaring untuk pemeriksaan USG. Surprised banget pas liat ada seberkas cahaya yang kelap kelip dan berirama di monitor USG. Ternyata junior kami sudah memiliki jantung yang sudah berdetak dengan kencang. Padahal selama ini saya belum merasakan apa-apa kecuali mual-mual, pusing atau begah di perut. Alhamdulillah, saya dan junior dinyatakan sehat jadi menurut beliau kami tinggal mengawal proses kehamilan dengan pola hidup yang sehat. Beliau memberikan edukasi yang cukup lengkap dan sangat informatif. Terasa seperti ikut kuliah biologi karena beliau menjelaskan dengan sistematis, mulai dari sel pada tubuh manusia, DNA, radikal bebas, komposisi gizi seimbang menurut WHO, hingga sistem bercocok tanam petani. Lho, kok sampai pertanian segala?

Ya, kehamilan itu ibarat bercocok tanam. Ada 4 hal yang mempengaruhi kualitas dari tanaman: pemilihan bibit yang unggul, lahan tanam yang bagus, pupuk yang berkualitas, dan pengairan yang memadai. Pemilihan bibit yang unggul dimulai dari pemilihan pasangan hidup. Sebelum menikah, pasangan perlu medical checkup untuk tahu kondisi kesehatan pembawa bibit nanti. Calon ayah dan ibu harus sehat dulu jadi kalau ternyata ditemukan sesuatu yang kurang sehat bisa disembuhkan dulu agar tidak membahayakan bibit yang akan dihasilkan. Lalu, lahan tanam yang dimaksud adalah kondisi rahim calon ibu, apakah sehat, kuat dan mampu untuk menjadi lahan tumbuh kembang janin. Faktor ketiga, yaitu pupuk yang berkualitas adalah asupan makanan dan minuman yang bumil konsumsi. Masukan dr Winur, saya harus diet makanan dan minuman instans. Apapun bentuknya, bukan hanya mie instan tapi juga camilan dan minuman instans, termasuk susu hamil. Lho, kok gitu? Bukannya susu hamil bagus ya untuk pertumbuhan janin? Meskipun ingin melontarkan pertanyaan itu, saya memilih diam dan mendengarkan penjelasan selanjutnya.

Bumil boleh minum susu untuk tambahan asupan asam folat dan kalsium, tapi yang baik adalah susu pasteurisasi, seperti UHT Ultra, Diamonds, etc. Semua makanan dan minuman instan mengandung bahan radikal bebas yang merusak DNA tubuh kita, seperti bahan pengawet, pemanis/perasa buatan, atau MSG. Selain bahan tersebut, nikotin, kafein, dan asap polusi juga bisa menyebabkan radikal bebas. Waduh, kalau begitu gimana ya nasib bumil-bumil yang pengen ngemil? Saya termasuk bumil yang mudah mual kalau perut sudah lapar, jadi selalu sedia camilan di rumah maupun kantor. Padahal camilan atau minuman yang berbentuk kemasan, misalnya biskuit, keripik, susu bubuk, softdrink dll ada zat-zat pengawet atau kimiawi lainnya. Muka saya langsung berkerut dan Bu dokter yang seakan tahu pertanyaan itu ada di otak saya, langsung bertanya, “trus Ibu kalau mau ngemil, makan apa hayo?”. Saya jawab, “Singkong rebus, bubur kacang ijo, dan ehmm, apalagi ya dok?”. Beliau hanya tersenyum simpul dan menjawab, “Jangan khawatir. Masih banyak makanan dan minuman di bumi ini yang masih bisa dikonsumsi, seperti jajanan pasar. Kan itu tidak instan, jadi minim bahan-bahan pengawet atau pemanis buatan”. Wow, saya makin terpesona dengan dr Winur. Beliau juga menjelaskan komposisi gizi seimbang menurut WHO dan contoh-contoh makanan dan minumannya (Kalau pengen tau detailnya, samperin ke Mbah Google aja ya… hehehe). Salah satu yang disarankan beliau adalah bumil banyak konsumsi kacang hijau karena kandungannya yang sangat bagus untuk kehamilan. Kacang hijau yang dikonsumsi baiknya dimasak sendiri, jangan beli yang instan. Di akhir penjelasan beliau, teori tentang pengairan terkait dengan jumlah asupan air putih yang harus dikonsumsi bumil, yaitu sekitar 12-14 gelas/hari atau 2 liter lebih (semoga saya tidak salah ingat.. hehe). Pesan beliau di akhir obrolan kami, bumil dan suami harus mengawal proses kehamilan dengan memperhatikan asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi. Jadi tirulah perilaku Pak Tani yang rajin, mau bekerja keras, dan sabar demi kesehatan buah hati tercinta. Ah iya, satu lagi yang dipesan beliau bahwa agama mengajarkan manusia untuk menjadi makhluk yang berfikir dan berilmu, jadi jangan telan mentah-mentah informasi yang kita dapat, tapi berpikirlah kritis dalam menyerap informasi tersebut. Hamil memang banyak pantangan, tidak boleh makan dan minum sembarangan jadi kita harus jadi bumil yang cerdas dan kritis agar informasi yang dimiliki benar dan lengkap. Di akhir kunjungan, beliau memberi saya jadwal periksa selanjutnya dan bekal berupa suplemen organik.

Walaupun total biaya lumayan mahal (konsultasi sekitar 100rb, USG 75rb, suplemen 188rb, dan pendaftaran 20rb), saya sangat puas dengan penanganan dari dr Winur dan juga pelayanan staf RSIA Aulia. Semoga sharing ini bisa membantu para bumil yang ingin menerapkan hidup sehat. Yang belum dapat dokter atau ingin pindah dokter, dr Winur sangat recommended untuk ditemui. The last sentence untuk semua yang baca tulisan ini, yuk kita biasakan hidup sehat, karena sehat itu nikmat Allah yang tak tergantikan.