Aku dan LPDP (Part 1: Pendaftaran)

 

Halo semua,

Setelah sekian lama blog ini menganggur karena si empunya malas menulis akhirnya kembali dihidupkan dengan sebuah cerita. Cerita yang sebenarnya ingin kutulis nanti-nanti sambil menunggu ‘ending story’ tapi akhirnya kubagi sekarang karena ada beberapa teman yang menanyakan.

Bagaimana aku bisa berjodoh dengan LPDP? Ehm, sebenarnya aku pun tak punya jawaban pasti untuk pertanyaan ini. Awal dulu mencoba sebenarnya dimulai dari niatan yang tidak disengaja. Meskipun dari jaman kuliah dulu aku hobi hunting informasi tentang scholarship, tapi karena satu dan lain hal akhirnya sekolah belum menjadi prioritas. Tapi entah dapat ilham dari mana, tiba-tiba teringat kembali dengan beasiswa LPDP saat Tole beranjak dua tahun.

Kenapa memilih beasiswa LPDP, bukan beasiswa lain? Alasannya sederhana, karena aku ingin melanjutkan studi di Indonesia, tidak kemana-mana. Satu-satunya beasiswa yang bisa memberikan dana pendidikan S2/S3 untuk universitas dalam negeri ya LPDP. Apalagi dengar-dengar, program studi yang kutuju sudah secara resmi bisa didanai oleh beasiswa LPDP. Aku pikir ini saatnya untuk mencoba melamar. Kalau tidak sekarang, mungkin aku akan menyesal karena telah melewatkan sebuah kesempatan. Lagipula Tole sudah makin pintar ini itu dan makin mandiri. Insyaallah sudah lebih mampu dan siap lahir batin untuk ditinggal sekolah lagi.

*** Untuk para scholarship hunter yang sudah berubah status menjadi mamak-mamak, toss dulu. Jangan berhenti bermimpi ya. Sekolah sambil mengasuh anak bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Asal kita mau berjuang menyeimbangkan peran sebagai istri dan ibu di rumah dan sebagai akademisi di sekolah.

Kapan mulai ikut seleksi beasiswa LPDP? Dulu, sebelum tahun 2017, beasiswa LPDP biasanya membuka pendaftaran pada bulan Februari. Tapi entah kenapa, tahun lalu baru dibuka pada bulan April. Karena persiapanku agak mepet, aku merampungkan semua berkas dengan ‘berlari’. Kadang yang ‘kepepet’ karena waktu mepet malah bisa jadi ‘trigger’ buat take action ya. Hahahaha πŸ˜€

Apa saja yang harus dipersiapkan untuk mengikuti seleksi beasiswa LPDP? Sebenarnya, untuk persyaratan dan berkas yang dibutuhkan untuk mendaftar sudah lengkap dijelaskan di buku panduan pendaftaran. Cek saja disini https://beasiswalpdp.kemenkeu.go.id/upload/dokumen/Buku%20Panduan%20Pendaftaran%20Beasiswa.pdf

Berdasarkan pengalamanku tahun lalu, aku fokus pada persiapan ujian TOEFL. Kurang lebih sebulan ngebut belajar, aku mengambil ujian H-3 pekan sebelum pendaftaran ditutup. Beruntung hasilnya ‘memuaskan’. Minta rekomendasi dari dosen PA dan atasan di tempat kerja sebelumnya, kira-kira semingguan langsung jadi. Menyusun esai dan rencana studi yang sudah kucicil dari bulan Februari, berbekal browsing sana sini biar dapat role model tentang esai yang baik dan benar sekaligus ‘memikat’. Salah satu referensi yang banyak membantuku untuk menyusun esai adalah blog milik Kak Budi Waluyo (https://sdsafadg.com/2016/02/24/panduan-menulis-esai-lpdp-sukses-terbesar-dalam-hidupku/)..

Satu yang terlupakan, berkas surat keterangan sehat dan bebas narkoba dari rumah sakit yang sering kutunda karena berbagai alasan. Alasan utama adalah bingung mencari pengasuh pengganti untuk mengurus surat keterangan tersebut di hari kerja. Ndilalahnya, pekan terakhir sebelum pendaftaran ditutup yang kurencanakan untuk mengurus surat keterangan tersebut terlewat begitu saja di rumah sakit karena Tole sakit. Masih terkenang sekali hari itu, Tole baru keluar rumah sakit saat wiken, Senin-nya adalah hari terakhir batas pendaftaran. Hampir saja menyerah tak ingin lanjut, tapi akhirnya kuupayakan juga di Senin paginya ke RSUD Depok.

Lagi-lagi ada drama yang menyertai. Karena antrean yang luar biasa dan aku salah prosedur di poli kejiwaan untuk tes bebas narkoba, hasil pemeriksaan laboratoriumku baru keluar menjelang batas poli tutup pelayanan. Aku cuma bisa pasrah, mencoba membesarkan hati yang mulai ciut melihat jarum jam di ruangan poli kala itu. Syukur alhamdulillah ternyata surat muncul tepat pada pukul 2 kurang 5 dan akhirnya bisa pulang ke rumah dengan hati yang gembira.

Langsung unggah berkas di sebuah warnet di dekat rumah, ternyata server down. Padahal hanya tinggal mengunggah surat keterangan sehat dan bebas narkoba, tapi tetap tidak bisa akses hingga malam menjelang pukul 23:59. Lagi-lagi aku pasrah. Pikirku, Allah Maha Tau yang terbaik. Apapun rencana-Nya, akan berlanjut atau harus berhenti, aku percaya pasti ada hikmah kebaikan di dalamnya. Terus mencoba submit berkas hingga pukul 01.00, akhirnya muncul balasan surel dari LPDP bahwa berkas pendaftaranku sudah diterima. Alhamdulillah, akhirnya bisa tidur lebih tenang.

***Kalau kawan-kawan ingin coba mendaftar beasiswa LPDP atau beasiswa apapun, persiapkan semuanya dengan baik. Buat perencanaan yang matang dengan lebih dini, lebih cermat dan lebih cerdas. Hahahaha. Ojo dadakan lah pokoknya.

Terus, setelah daftar, tahap selanjutnya apa? Perjalanan kisahku bersama LPDP pun berlanjut pada tahap Assessment Β Online (AO), tes substansi dengan wawancara, LGD (Leaderless Group Discussion) dan EOTS (Essay On The Spot). Serangkaian tes ini berlangsung pada pertengahan April hingga Juni. Menanti pengumuman kelulusan di bulan Juni sama seperti menanti hujan di musim musim kemarau. Berat, kamu nggak akan kuat. Wkwkwkwkwk πŸ˜€

***Tentang detail sesi wawancara, LGD dan EOTS akan aku ceritakan nanti jika ada yang meminta. Begitu pun dengan AO, kalau ada yang penasaran boleh berdiskusi denganku di balik layar. Hehehe

Alhamdulillah episode pertama telah terlewati. Setelah berhasil lolos, kisahku dengan LPDP akan berlanjut pada episode selanjutnya. Apakah itu? Kalau ada yang pernah menghuni Wisma Hijau pasti tau. Hehehe. Bersambung dulu ya. Terima kasih sudah menyimak ceritaku. Semoga bisa memberi sedikit gambaran, terutama buat yang sedang berjuang mempersiapkan perbekalan untuk berburu beasiswa ini.

 

MENUJU JIWA YANG SEHAT DENGAN KEUANGAN YANG SEHAT

Bapak Ibu masa kini yang baik hati, pernah ngecek gak KEUANGAN kita SEHAT atau TIDAK?

Weeeeu, pertanyaannya berat ya πŸ˜“πŸ˜“πŸ˜“

Tapi tenang, beratnya gak akan seberat bobot tubuh saya. Wong saya ini kurus kok. Hehehe 😁😁😁

 

Tetiba saya merasa We-O-We sendiri pas belajar tentang reksa dana dari blog nya Pak Rudiyanto. Beliau ini master dalam dunia investasi. Profil lengkapnya googling sendiri aja ya. Hehehe

**Tag beliau gak ya? Pengen ngΓ©-tag fb beliau, tapi kok saya malu ya πŸ™ˆπŸ™ˆπŸ™ˆ

 

Singkat cerita, pas masuk bab “Sehat Keuangan Dulu Baru Investasi Kemudian” kaca mata saya langsung melorot. Udah sehat belum yak keuangan my Little Family??? #semedidipojokan

 

Buru2 saya baca bab itu dan inilah hasil contekan saya dari penjelasan Pak Rudiyanto.

 

Sehat tidaknya keuangan kita bisa diukur dari

1. Rasio pendapatan terhadap pengeluaran besarnya > 1.

Misal pendapatan kita per bulan 100 jt trus pengeluaran 60 jt jadi rasionya di angka 1, 66. Jadi masih aman terkendali, sodara-sodara.

 

**Emang pendapatan Puput segitu ya? Situ kan cuma IRT. πŸ˜’πŸ˜’πŸ˜’

Wkwkwkwkwk. Ini masih mimpi bro, Sis, bantu aminkan saja ya. Syukur-syukur ada yang mau ikutan arisan atau beli HALO BALITA, CONFIDENCE IN SCIENCE atau SERI TAULADAN RASULULLAH biar closingan saya makin nambah 😜😜😜

 

2. Rasio cicilan produktif dan konsumtif.

TIDAK SEHAT jika nilai rasio

~ cicilan produktif: pendapatan bulanan > 30%.

Misal Anda punya cicilan utk mobil sebesar 4 jt, sementara pendapatan 10 jt maka rasionya 40%. Ini artinya keuangan Anda TIDAK SEHAT pak, buk.

~cicilan konsumtif: pendapatan bulanan > 0%

 

Apa bedanya cicilan produktif dan konsumtif sih Put?

Yah, gampangnya gini. Anda beli HP kekinian buat gaya-gayaan (konsumtif) atau untuk menunjang kinerja Anda buat jualan (produktif)? Tipis banget ya bedanya. Jadi cuma hati nurani yang tau jawabannya πŸ˜‡πŸ˜‡πŸ˜‡

 

3. Rasio dana darurat.

SEHAT jika nilai rasionya 3-12 kali.

Misal nih Anda punya dana darurat di bank sebesar 10 jt, trus pengeluaran bulanan 2,5 jt jadi rasionya 4.

 

Apa sih Dana Darurat?

Dana berupa cash untuk jaga-jaga kalau ada keperluan yg urgent dan mendadak. Misal ada keluarga yang sakit atau kontrak kerja berakhir kita punya dana simpenan biar kita gak klimpungan pinjem sana sini.

 

4.Rasio uang pertanggungan jiwa.

SEHAT jika besaran uang pertanggungan jiwa kita sebesar 8-10 tahun pengeluaran bulanan, ditambah dengan biaya pendidikan anak hingga lulus kuliah.

Misal pengeluaran bulanan 5 jt, trus biaya pendidikan anak hingga lulus Sarjana 100 jt maka uang pertanggungan yang sehat

(5 jt X 120 bln) + 100 jt = 700 jt.

 

Bingung gak? Kalau bingung, cari pegangan ya. Wkwkwkwk πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

 

Nah, begitulah kira2 caranya untuk mengecek keuangan kita SEHAT atau tidak. Silahkan bapak ibuk lakukan rapat dengan pasangan masing-masing dan bulatkan tekad untuk bekerja lebih rajin. Buat yang jomblo, gak usah ikut pusing mikir beginian. Pusingin aja itu cucian yang basah kuyup kena ujan karena gak ada yang bisa dititip buat angkatin dari jemuran πŸ˜›πŸ˜›πŸ˜›

 

Semoga contekan saya ini bermanfaat. Satu pesen saya, jangan sampai besar pasak daripada tiang. Ingat lagunya Pak Haji,

 

“… gali lubang tutup lubang, pinjam uang bayar utang… ”

 

Biar jiwa kita gak kemrungsung, karena keuangan kita yang ‘kembung’.

 

Lanjut nyanyi lagi aaah 🎀🎀🎀🎡🎢🎼

JANGAN MELULU

Apa sih yang paling heboh dari polah tingkah anak-anak balita?

Jatuh pas lari-larian? Pernah 😁

Kepala kejedot tembok atau lantai karena kepleset? Pernah 😰

Tangan melepuh karena gak sengaja menyentuh barang panas? Pernah 😩

Atau bibir berdarah karena ‘nyium’ lantai?

Pernah juga 😱

 

Mungkin kalau disensus lagi satu per satu, masih banyak kisah heboh lainnya yang menjadi keseharian anak-anak. Di samping kelucuan mereka ya 😍😍😍. Tak perlu ditanya lagi gimana kadar kepanikan emaknya tatkala itu semua terjadi. Yang jelas, itu menambah sesak dada emak karena detak jantung berasa lagi lari sprinter kayak ngejar foto bareng Song Jongki *duh, ketahuan deh belum bisa move on dari si Big Boss. 😜😜😜

 

Tanpa ada komenan usil “Duh emaknya meleng ya, sampai anaknya jatuh begitu” pun, si emak sudah bermuka masam karena dihimpit perasaan bersalah. Ditambah rasa kecemasan yang tiba2 datang mengguyur batin bak air hujan yang banjir, si emak tak sanggup berkata-kata, apalagi saat membayangkan hal yang tidak baik akan menimpa kesehatan dan keselamatan anak kesayangan. Hanya mampu mempersilahkan air mata nemplok sembari sembunyi di pojokan mata. Itulah kenapa akhirnya si emak kelewat takut kejadian heboh itu berulang, lalu menyusun rencana sekaligus taktik perang untuk membatasi gerak anak-anaknya.

 

Satu dari sekian banyak taktik yang dianggap jitu adalah Mantra JANGAN. *Hiiiih, kok ngomongin mantra sih Put, kan syereeeem.

πŸ™‡πŸ™‡

 

Sadar atau tidak, sebagai emak-emak, baik yang sudah pro ataupun yang masih ingusan macam saya, mantra itu sering dilontarkan ketika mengemban tugas mulia pengasuhan.

 

“Le, JANGAN lari-larian. Nanti jatuh.”

(dan kemudian, ndiilalahnya, malah jatuh beneran πŸ˜…)

 

“Stop. JANGAN deket-deket, Le. Itu setrikanya lagi nyala.” (terlambat sudah, tangisan keburu membahana karena tangan melepuh kepanasan 😒)

 

“Duduk yang baik tho Le. JANGAN manjat-manjat jendela gitu. Bisa Geblak. ” (huuuuft, yang ini masih sempat terselamatkan *tarik nafas panjang 😌)

 

Tak terhitung jumlahnya mantra ini keluar sebagai andalan untuk melarang bocah begini begitu. Dalihnya sih sebagai upaya proteksi biar bocah gak kenapa-napa tapi akhirnya jadi keterusan hingga si bocah frustrasi.

 

“Ih Bunda, kok aku gak boleh lari-larian sih. Kan aku lagi belajar ngelemesin otot dan tulang kaki” (muka lempeng sambil lari kenceng πŸ‘£πŸ‘£πŸ‘£πŸ’ƒπŸ’ƒ)

 

“Bunda gimana sih. Aku kan pengen tau itu apa. Kan Bunda sering pegang benda itu sambil tangannya goyang-goyang” (Huhuhu,

😭😭😭 nangis kejer bentaran tapi kemudian masih tetep deketin setrika dikira mainan *dasar bocah, bikin gemes πŸ‘»)

 

“Liat Bunda, aku bisa duduk di jendela lho. Bukannya seneng, Bunda malah teriakin aku” (Ini bocah belum tau yak, teriakan itu artinya SIYOOOK. *berasa pengen gigit duit baru)

 

“Wah, asyik. Buku Halo Balita-nya gak bisa sobek Bun. Aku injak-injak lagi ya tapi Bunda jangan marahin aku. ” (Tenang Le, buku Halo Balita mah tahan banting. Sok atuh mainin sesuka hatimu. 😘😘😘

 

Kalau bulan bisa ngomong, pasti bulan tak akan bohong. *loh, kok malah nyanyi lagu Doel Sumbang Put? Hehehe. Maksudnya, kalau bocah yang imut-imut ini sudah bisa ngomong, mungkin dia akan laporan macam itu ke kita. Kok aku gak boleh ini itu sih sama Bunda. Kan aku punya keinginan sendiri, kan aku punya cara pandang sendiri, kan aku punya kemerdekaan untuk berbuat itu ini, kan aku…… *Lanjutkan nanti kalau kamu sudah besar ya Le. πŸ˜’πŸ˜’πŸ˜’

 

Jadi pesan moralnya, wahai emak, jangan JANGAN MELULU. *eh, piye toh iki maksudΓ©. Ora mudeng blas. 😯 Maksudnya, jangan melulu mengucapkan ‘jangan’ pada anak.

 

Mari kita beri mereka kemerdekaan untuk bertindak, sambil tetap mengawasi dan melindungi dari bahaya yang mungkin terjadi.

 

Mari kita biarkan kreativitas mereka membumbung tinggi, sambil menuntun dan mendampingi mereka untuk melejitkan potensi.

 

Mari kita lebarkan ruang gerak mereka, agar senantiasa bertumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.

 

Dan mari kita senantiasa yakin dan percaya pada anak-anak kita bahwa mereka mampu melampaui semesta dan menggapai angkasa untuk mengejar mimpi dan cita-cita. Karena memang itulah tugas kita sebagai ORANG TUA.

 

~ Salam hormat untuk para ibu di berbagai penjuru

 

**dari Mamak Tole yang sedang menikmati rindu dalam guyuran hujan

Titip Cintaku Kepada-Mu

saat kau berani mencintai manusia

kau pun harus berani untuk siap tersakiti

 

tersakiti oleh cemburu

tersakiti oleh rindu

tersakiti oleh pilu

 

hanya cinta pada Illahi yang tak akan menyakiti

karena sejatinya cinta bukan milik manusia tapi milik Tuhannya

 

bersabarlah, wahai Pecinta

cintamu pasti akan lebih indah

saat tiba masanya Tuhan menjadikannya berkah

 

(untuk para pejuang cinta yang bersabar hingga ‘akad’ nikah tiba)

1 Kata Berjuta Makna

(part 1)

Saat pertama ku mengenal nada

kudengar jantungnya indah berirama

 

saat pertama kuhirup aroma dunia

kuciumi wangi semerbak tubuhnya

 

(part 2)

saat pertama kulenggangkan kaki dan berlari

kugenggam tangan lembutnya dan kuajak ia berlari menggapai mimpi

 

saat pertama kulihat hujan mengguyur bumi nan lebat

kumeringkuk manja dalam pelukannya yang hangat

 

(part 3)

saat pertama kuterbang menggapai bintang di langit orang

kurindui wajahnya yang berbayang penuh sayang

 

(part 4)

saat pertama kurasai hati tengah sepi

kuingini dia di sisi untuk tempat kuberbagi

 

1 kata yang selalu kurangkai dalam doa

1 kata yang selalu kudekap dalam cinta

Beri Aku Pemandu

Mengartikanmu tak bisa sederhana

Seperti saat kau mengawali perjalanan ini

Hingga kini ku lelah dan berniat untuk mengakhiri

Kapan perjalanan ini bermula dan akan tamat

Tak jua aku

atau dia kan tahu

Sang Penguasa waktu β€˜telah’ dan β€˜akan’ duduk diam menjadi penentu

 

KepadaMu ku kabarkan bahwa diri β€˜telah’ payah dan β€˜akan’ goyah

Tolong beri aku pemandu

Agar kutak sesat jalan, aku harus berpegangan

Doa untuk Dia Yang Maha Penyayang

jika hidup ini adalah sebuah kenikmatan, jangan biarkan kami terlena di dalamnya

jika hidup ini adalah sebuah cobaan, kuatkan iman kami dalam melaluinya

jika hidup ini adalah sebuah teka-teki, berikanlah kemampuan agar kami mendapat petunjuk

jika hidup ini adalah serentetan kisah, bimbinglah kami untuk menemukan hikmahnya

jika hidup ini adalah sebuah perjuangan, kobarkan semangat jihad dalam hati kami

jika hidup ini adalah sebuah belenggu, bebaskanlah kami yang merindu berjumpa denganmu

amin, ya robbal alamin.

saudaraku, ingatlah dan ingatkan

-Sebuah kado yang sangat indah dan bernilai dari saudaraku yang kusayangi karena Allah-

Semoga Masih Sempat

Aku pernah bermimpi tentang cinta,
tentang cita

Aku pernah berharap pada hidup,
pada kasih

Aku pernah merenung untuk waktu,
untuk masa

Tapi,

Aku tak pernah sekalipun menghitung nikmat-nikmatNya

Kenapa?

Mungkin karena aku lupa bersyukur

Mungkin karena aku enggan tafakur

Mungkin karena aku jarang berpikir

Mungkin karena aku malas berdzikir

Atau

Jangan-jangan karena aku ini makhluk yang KAFIR?

Oh…tidak….tidak…….tidaaaaaaak!!!

Aku ini punya iman

Iman akan keeksistensianNya

Iman akan kedigdayaanNya

Iman akan ketetapanNya

Iman akan ke-Maha-anNya yang tak tertandingi dan tak terbandingi

Lalu, kenapa aku hanya bermimpi tapi tidak beraksi?
Lalu, kenapa aku sekedar berharap tapi tak kunjung bersikap?
Lalu, kenapa aku masih merenung tanpa bertindak langsung?

DOSA!!!

RUGI!!!

Semoga masih sempat
Sebelum kata TOBAT menjadi TAMAT

sebuah nama

semilir angin riuh berebut menghembuskan kabar asmara
dan rona senja yang orange malu-malu menaungi wajah langit,
laksana selarik kertas yang penuh torehan tinta
tentang….

sebuah nama
………
………..
………….
Yang kini larut dalam sendi darahku dan meresap dalam relung hatiku

KAMU!

Surat Ananda untuk Bunda

Bunda, betapa galau hatiku saat ini telah menyentakkan kerinduanku untuk menuliskan sepucuk surat ini kepadamu. Meski goresan tinta ini tak akan mampu mengabarkan rasa rindu yang hampir membuncah karena tak sanggup menampung harapku akan perjumpaan dan pelukan hangatmu, Bunda. Sejujurnya, surat ini hanyalah sebuah delegasi yang kuutus untuk mengabarkan satu berita maha penting yang ingin kubagi denganmu, Bunda. Untuk itu Bunda, kumohon jangan kau palingkan kedua mata indahmu itu sekejap pun dari deretan kata yang akan kutulis dalam surat ini karena aku tahu Bunda tak sudi kehilangan momen bahagia ini, menyaksikan putri kecilmu yang nakal ini telah tumbuh menjadi seorang gadis dewasa yang mulai memahami indahnya hidup dan kebebasan.

Bunda, kini aku ingin kembali bertanya padamu tentang satu kata yang entah sejak kapan telah asyik berputar-putar di otakku sehingga menganggu kedamaian hidupku. C-I-N-T-A. Dulu Bunda sering mengajarkan padaku tentang nilai-nilai kehidupan yang harus aku junjung dan tak boleh aku abaikan, salah satunya adalah C-I-N-T-A. Aku selalu ingat, Bunda pernah bilang bahwa C-I-N-T-A adalah sebuah persembahan agung dari perasaan kasih yang dimiliki oleh manusia, seperti yang pernah Bunda katakan waktu itu,

β€œSayang, cinta itu berawal dari ketulusan dan kebaikan. Jaga dan rawatlah perasaan itu dengan kejujuran agar siapa pun orang yang kita cintai mampu menghargai dan menikmati ketulusan dan kebaikan yang terpancar darinya. Dan ingatlah, Sayang, cinta tak selalu harus diuangkap lewat kata karena ia punya caranya sendiri untuk menyampaikan pada dunia bahwa ia tumbuh dalam hati kitaβ€œ.
Bunda, mengenang pesanmu itu kini aku paham bahwa cinta memang begitu adanya. Meskipun cinta yang kuresapi ini terasa berbeda dengan cinta yang kumiliki untuk Bunda, namun aku yakin bahwa perasaan yang kini mendekap erat jiwa dan hatiku adalah tulus dan baik. Semenjak aku berani untuk menyematkan cinta ini di relung hatiku, Bunda, semenjak itulah aku berjanji akan menjaga dan merawatnya untuk d-i-a.

Aku tahu pasti Bunda memendam sebuah pertanyaan yang ingin Bunda ajukan padaku,
β€œPutriku, siapakah pria yang beruntung itu?”.
Jangan khawatir, Bunda. Bunda adalah orang pertama yang akan mengetahui rahasia itu. Saat ini aku hanya bisa mengatakan bahwa d-i-a adalah seorang pria yang baik, cerdas, sopan, teguh pada prinsipnya serta bertanggung jawab baik dalam kehidupan dunianya maupun akhiratnya. Dan tentunya yang tak kalah indahnya, Bunda, d-i-a berwajah tampan sekaligus manis. Jika nanti Bunda bertemu denganya, Bunda pasti akan terpikat pada senyumnya yang memancarkan ketulusan dan kebaikan hatinya.

Karena d-i-a, Bunda, kini putrimu ini merana dan sengsara karena sudah tak mampu lagi menahan rindu dan haru yang semakin membludak hingga rasanya ingin meledak. Hatiku gelisah menantinya bila kami akan bertemu kembali, hatiku cemburu bila ada yang menyebut namanya di depanku, hatiku berdebar jika kami bertemu pandang, dan semua itu membuatku merasa tak nyaman hingga aku menjadi serba salah dibuatnya. Bunda, apa yang harus aku perbuat? Aku tak mak terus menerus tersiksa oleh keadaan ini , Bunda, tapi aku tak tahu daya apa yang kumiliki untuk melawan perasaan ini. Kini aku tak sanggup untuk untuk menanggungnya sendiri. Jiwaku butuh keseimbangan, butuh pegangan, tapi tak ada yang bisa kulakukan selain menanti kan, Bunda? Atau aku harus menjemput kepastian dengan mengungkap perasaan ini kepadanya?

Bunda, sebelum kuakhiri surat ini aku ingin memohon nasehatmu untuk menyejukkan kegalauan hatiku. Untuk itu, balasan darimu sangat aku harapkan sebelum akhirnya putrimu ini bisa jadi gila karena telah tercandui oleh cinta.

Salam sayang

Dari ananda yang tengah bimbang

***kisah ini terinspirasi dari novel “Kitab Cinta Yusuf dan Zulaikha” (Taufiqurrahman al azizy, 2008). Nantikan session 2 nya^^

31 Maret 2010